Langsung ke konten utama

Sudah Sayangi Diri Sendiri? Yuk Screening Sekarang!

 


G'day mate!   Halo sobat!


Istilah self love sedang begitu populer belakangan hari ini. 

Sejatinya, mencintai diri sendiri adalah amanat dari Sang Pencipta untuk menerima (acceptance) segala kekurangan yang ada dalam diri kita sekaligus mensyukuri (gratitude) kelebihan yang telah dianugerahkan sedemikian rupa.

Jadi beda ya, antara orang yang memiliki self love dengan orang yang narsis semata. Narsis hanya terbatas pada perilaku mencintai diri sendiri secara berlebihan bahkan cenderung egois dan menganggap diri yang paling benar.

Dengan self love, seseorang mampu menghargai dan berteman baik dengan diri sendiri sehingga ia dapat menjadi individu yang lebih baik. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki self love, cenderung men-judge diri sendiri dengan asumsi negatif sehingga ia sulit berkembang menjadi lebih dewasa.

Selain itu, kemampuan self love seseorang juga sangat dipengaruhi oleh empat aspek, yaitu:

💓self awareness, kesadaran diri untuk mengenal dan memahami karakter diri sendiri.

💓self worth, harga diri yang baik menjadi standar diri sendiri tanpa perlu mengikuti standar penilaian      orang lain.

💓self esteem, kepercayaan diri terhadap sesuatu yang dikuasai (personal value) tanpa                                 membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

💓self care, perawatan diri untuk menjaga kesehatan fisik dan mental dengan seimbang.


Baiklah, sekarang kita bisa belajar screening diri sendiri terlebih dahulu,

Apakah kita punya self love atau tidak? atau apakah kita sudah sayang dengan diri sendiri atau belum?

Poin pertama, bersyukur pada Sang Pencipta atas segala sesuatu yang telah diberikan. Kelebihan dan kekurangan mampu diterima dengan ikhlas dan senyuman, sambil terus mengucap syukur. Misalnya bentuk tubuh, warna kulit, rambut dll adalah komposisi terbaik yang telah dianugerahkan olehNya.

(✅ ❎)

Poin kedua, fokus dengan potensi dan life skill diri sendiri, sebab bermuara dari hal tersebut kita akan terbiasa memahami kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Daripada hanya fokus pada kekurangan diri, tentu akan lebih banyak membutuhkan enegi untuk menghadapinya, ujung-ujungnya capek sendiri dan tak ada hasil. (✅ ❎)

Poin ketiga, Tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bandingkan saja diri sendiri pada versi masa lalu dan masa kini saja. Pahami peningkatan apa yang telah dicapai diri sendiri. Ini adalah salah satu bentuk self love. Terinspirasi dari orang lain, boleh-boleh saja, namun tetap temukan sisi khas atau keunikan dari diri sendiri. (✅ ❎)

Poin keempat, selalu meng-upgrade diri juga merupakan tanda sayang pada diri sendiri. sebab terkadang, masih ada hidden potensi yang belum terasah. Rasa takut dan kurang pe-de yang sering datang tanpa permisi ternyata mampu menyebabkan kita makin menutup potensi diri yang seharusnya lebih digali. (✅ ❎)

Poin kelima, menerima kesalahan dan kegagalan sebagai hal yang wajar, sebab kedua hal ini dapat menjadi sarana pembelajaran dan pembenahan diri. Tentu tujuannya agar kita mampu tumbuh menjadi pribadi yang lebih siap lagi karena telah belajar dari salah dan gagal tersebut. Sehingga kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri terus menerus, mengkritik diri bahkan mengasihani diri dengan sangat keras. (✅ ❎)

Poin keenam, apapun yang orang lain pikirkan,katakan, lakukan terhadap diri kita memang tidak bisa dikendalikan atas kemauan sendiri. Namun respon terhadap hal tersebut sangat bisa kita kendalikan. Dengan memahami hal ini, berarti kita sudah termasuk sayang terhadap diri sendiri. (✅ ❎)


Bagaimana sobat?  Tunggu apalagi....

Sudah sayangi diri sendiri kan? Yuk screening sekarang!




Komentar

  1. Self love ini jujur merupakan PR buat saya, Mba. Kekurang pedean yang membuat agak sukar berkembang. Beruntung dari beberapa komunitas yang diikuti perlahan rasa itu hilang. Semoga kita dapat memupuk subur self love ini, ya, Mba 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup mba nia, circle positif berdampak banget buat pengembangan diri. Itu sudah termasuk self love🤗

      Hapus
  2. Wah benar sekali mbak. Self love itu penting banget. Karena kadang kita selalu terjebak dengan rasa kurang percaya diri, selalu merasa paling jelek atau kurang dari orang lain. Hasil screeningnya lumayan punya self love lah saya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren ya mba kalo kita bisa move oN dan ga melulu terjebak dg penilaian negatif ttg diri sendiri 😍

      Hapus
  3. kalau bukuan diri kita sendiri yang menyanyangi diri kita sendiri siapa lagi ya mbak. saya juga sedang belajar self care hehehe, kok ya pas ya

    BalasHapus
  4. Setuju sekali dengan artikel ini dalam artian bahwa self love bukan egois yang negative ya. Kita memang harus mencintai diri sendiri agar bisa mencintai orang lain.

    BalasHapus
  5. Setuju banget mb, poin poinnya mengena di kita. Kadang kita sendiri lebih tak peduli pada diri ini. Poin2 nya buat kita mawas diri bahwa diri ini sangat dan harus peduli dgn diri kita sendiri. Lebih ke cinta yg peduli.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Harus Pura-Pura Bahagia

Berpura-pura kerap kali dimaknai dengan sesuatu yang tidak baik. Tapi terkadang dari persepsi yang lain, berpura-pura dianggap menimbulkan tindakan yang positif, seakan memang sangat diperlukan. Betulkah demikian? Yuk kita bahas. "Am I okay?" Hehehe. Belum tentu yang kita lihat di luar adalah benar-benar cerminan apa yang di dalam. Terkadang manusia pura-pura merasa bahagia karna tidak ingin terlihat lemah karna yang orang lain tahu bahwa kita ini kuat. Kapan terakhir kali kita merasa bahagia? Yaa benar-benar bahagia, bukan kita yang harus merasa bahagia...Cukup lama mungkin jawabannya. Menurut pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Margaretha Rehulina, kondisi berpura-pura bahagia ini populer dinamakan Duck syndrome . Menampilkan diri seperti bebek (duck),  di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat. Orang yang berpura-pura bahagia berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perju

Sekolah Kehidupan

  Logo SKH "Ah, apa iya kehidupan itu ada sekolahnya?" Sebuah pertanyaan yang sempat terlintas dalam benakku... Kalau browsing internet tentang sekolah kehidupan pasti yang akan muncul adalah platform pembelajaran soft skill secara online berbasis aplikasi audio-based learning yang dapat diunduh secara gratis atau berbayar. Namun bukan itu yang akan ku ceritakan disini... Sekolah kehidupan yang ku maksud adalah sebuah komunitas pembelajar yang concern menerapkan tujuh ilmu penjernih hati dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja ilmu penjernih hati atau disingkat 7IPH tersebut? Yaitu ikhlas, sabar, shalat yang khusyu', dzikir, syukur, tawakal dan berprasangka baik (waspada).  Tujuh Ilmu Penjernih Hati merupakan sarana mendekat kepada Allah SWT sekaligus membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati yang sering kita alami. Materi-materi yang terkandung didalamnya berkaitan sangat erat dengan hubungan antar sesama manusia ( hablum minannaas)  dan hubungan manusia dengan Sa

Negeri Ini Hampir Kehilangan Ayah

"Dunia AYAH saat ini tidak lebih dari sebuah kotak. Yaaa, kotak handphone, televisi dan laptop atau komputer. Miris!" Semua pengajar anak di usia dini mayoritas diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap  fatherless country . Banyak ayahdi luar sana yang malu mengasuh anak apalagi jika masih bayi. Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini.  Dimana AYAH sang pengajar utama? Dear para ayah, Anak laki-lakimu belajar bagaimana menjadi laki-laki dewasa dari sikapmu dalam keseharian. Anak perempuanmu belajar membangun pemaknaan tentang definisi laki-laki dewasa itu seperti apa dari hasil pengamatannya pada dirimu. Seorang ayah boleh dan harus bersikap tegas namun bukan kasar. Terkadang sikap lembutmu juga sangat dibutuhkan namun bukan menandakan kalau dirimu lemah. Kalau anak laki-laki tidak dekat dengan ibunya, kelak dia dewasa mungkin susah memahami perempuan. Sedangkan anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya, kelak dewasa dia akan me