Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Membasuh Luka Pengasuhan

Dear teman, ๐Ÿ’ฆ Mungkin kita pernah mendengar atau bahkan sering mendengar tentang kisah anak yang menelantarkan orang tua kandungnya. Kehadiran orang tua yang sudah jompo misalnya, dianggap sungguh merepotkan, menyita banyak waktu dan biaya. Menemani sisa masa hidup orang tua bukanlah menjadi prioritas atau sumber kebahagiaan seorang anak. Na'udzubillahi min dzaalik..... Hal apa biasanya yang membuat seseorang sulit berbahagia?  Jawaban dari pertanyaan ini bisa beragam.  Namun, yang paling sering menjadi penyebabnya adalah adanya perasaan negatif yang ada dalam diri seseorang diakibatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik di masa lalu maupun masa kini. Tak jarang, perasaan negatif yang dibiarkan ini menjadikan seseorang merasakan stres sehingga berdampak buruk pada kehidupannya. Teman-teman yang baik, kita lakukan refleksi sebentar, yuk. ๐Ÿ’ซAdakah dahulu ketika masa kecil memiliki luka pengasuhan dan sekarang merasa begitu berjarak dengan orang tua yang sebenarnya sangat kita ka

Writing Is Healing

Dear teman๐Ÿ’ฆ Kita sangat sadar bahwa menulis adalah salah satu media untuk mengalirkan perasaan-perasaan yang terpendam yang bisa jadi kita sulit melakukannya dengan metode lain.  Jadi dengan menulis adalah  salah satu cara yang sehat, yang adaptif untuk bisa mengalirkan apapun tema emosi yang kita rasakan. Baik itu yang bertema luka pengasuhan, bertema juga mungkin  anger issue , konflik atau apapun itu. Menulis adalah salah satu media sehat untuk bisa memulihkan dan tentu saja kita akan menghayati bahwa setiap perjalanan orang, sejarah hidup orang itu berbeda-beda, ada beberapa orang dengan menempuh writing is healing, terbantu penyembuhan luka batinnya, namun bagi sebagian orang ternyata nggak cukup dengan menulis. Bila ternyata kita merasa menulis adalah terapi yang "gue banget", ayo lanjutkan! Tapi bila beberapa teman merasa sepertinya sebelum melakukan penulisan ini masih terganjal, masih merasa belum mengalir emosinya maka lakukan teknik yang lain seperti katarsis, tap

Menyusun ulang cara berpikir

Dear teman๐Ÿ˜Š Pernah gak sih pas lagi ada masalah, kita berpikir, "harusnya yang terjadi gak seperti itu". "Minimal dia tahu kalau bla..bla..bla.." "Idealnya kan gak gitu..." "Aku gak bisa terima kalau kondisinya begitu, kalau saja dia mau berubah, aku bisa lebih tenang, pusing banget sama tingkahnya". Trus, pernah gak ketika ada masalah...kita berharap banget, situasi, lingkungan atau seseorang dapat berubah dan dapat dikendalikan jadi baik. ๐Ÿ’ฌ๐Ÿ’ญ๐Ÿ’ฌ๐Ÿ’ญ๐Ÿ’ฌ๐Ÿ’ญ Sesuai dengan "idealnya"....Bukan begitu teman? Ketika ekspektasimu, harapanmu tak kunjung datang, bikin kepala semakin puyeng, hati menjadi gak karuan rasanya ๐Ÿ˜ž Sikap yang ditunjukkan semakin gak jelas, gak bisa fokus, gampang marah, gampang negative thinking dan sejenisnya. Jika memang lingkungan atau sebuah situasi tidak bisa diubah... Apa lantas kita harus menjadi terpuruk? Tentu gak dong ah, hidup harus terus berjalan ya  sist, bro ๐Ÿ˜‰ Maka apa yang harus kita lakukan sebagai upay