Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

#SuamiIstriMasak? Positive Vibes Banget Nih!

(Dok. pribadi) Masih menjadi stigma umum di kalangan masyarakat kita, bahwa pasangan suami dan istri memiliki "zona kelumrahan" masing-masing. Sang suami punya hak dan tanggung jawabnya  dalam rumah tangga, begitu pun dengan sang istri. Lumrahnya seorang suami itu yaa bekerja dan mencari nafkah, sedangkan seorang istri itu lebih identik dengan mengurusi rumah dan anak. Dengan kata lain, memasak adalah main job seorang istri. Tak terkecuali dengan anggapan keluarga besar saya soal "zona kelumrahan" tersebut. Mau setinggi apapun karir dan pendidikan sang istri yaa ujung-ujungnya tetap harus masuk di dapur dan memasak buat suami/anak. Melelahkan mungkin iya bagi sebagian istri yang punya karir atau kesibukan di luar rumah, tapi tidak bagi sebagian istri lainnya yang sudah berkomitmen menyelaraskan peran dobel tersebut. Jangan menganggap bahwa seorang suami yang ikut memasak bersama istri adalah sesuatu yang aneh dan tak lazim. Seandainya semua suami di muka bumi menge

Berdamai dengan Innerchild

               Ketika seseorang mengalami suatu peristiwa tidak menyenangkan atau menyedihkan sering kita mendengar kalimat...."biarlah waktu yang akan menyembuhkan". Betulkah demikian?  Waktu hanya mampu berlalu dan tak kuasa mengubah aku, kamu dan kondisi seseorang. Sejatinya perubahan hanya bisa dilakukan oleh sesuatu yang hidup. Meskipun waktu bisa berjalan namun tidak ditugaskan untuk melakukan perubahan. Jangan menyerahkan nasib kepada waktu. Jangan berharap waktu akan menyembuhkan segalanya. Jangan menunggu waktu sebab waktu tak pernah menunggu siapapun. Waktu tak punya kompetensi untuk menyelesaikan masalah manusia, apalagi sebagai obat penyembuh luka. Waktu hanya bisa berlalu begitu saja dan menjadi saksi bisu pada perubahan yang selalu ada. Itulah mengapa masih banyak luka yang tak sembuh seiring berjalannya waktu. Begitupun kondisi yang tak kunjung berubah, padahal waktu telah berjalan dalam hitungan ribuan detik. Boleh jadi, luka-luka kita di masa lalu disebabkan

Berkenalan Dengan Literasi Emosi Yuk!

Dear teman, Adakah drama emosi di keluarga kita? Apakah anak sering temper tantrum? Kakak adik yang suka berantem? Mogok makan atau sekolah? Tidak mau dijauhkan dari gadget? Tiba-tiba pulang dari pondok?  Apakah drama sama itu berulang tiada henti?  Jika iya jawabannya, maka sudah saatnya kita mencari solusi tepat yaitu belajarlah tentang literasi emosi! Wah apa itu Literasi Emosi?😏 Jadi begini.....Literasi Emosi adalah ilmu dan seni agar diri mampu bersahabat dengan emosi yang berbasis pada kelembutan hati. Ada empat dimensi literasi emosi yaitu : ⏩Mengenali ragam rasa dan emosi ; mengenali perbedaan rasa dan emosi, bagaimana tahapan, teknik         serta manfaat bersahabat dengan emosi. ⏩Mengasah hati dengan empati ; mengetahui definisi empati, bagaimana tahapan, teknik dan manfaat        mengasah empati. ⏩Mengelola ekspresi emosi ; mengenali perbedaan emosi dan ekspresi emosi, bagaimana tahapan dan        teknik mengelola emosi. ⏩Memaafkan dan meminta maaf dengan tulus sepenuh hati

Mengapa Harus Pura-Pura Bahagia

Berpura-pura kerap kali dimaknai dengan sesuatu yang tidak baik. Tapi terkadang dari persepsi yang lain, berpura-pura dianggap menimbulkan tindakan yang positif, seakan memang sangat diperlukan. Betulkah demikian? Yuk kita bahas. "Am I okay?" Hehehe. Belum tentu yang kita lihat di luar adalah benar-benar cerminan apa yang di dalam. Terkadang manusia pura-pura merasa bahagia karna tidak ingin terlihat lemah karna yang orang lain tahu bahwa kita ini kuat. Kapan terakhir kali kita merasa bahagia? Yaa benar-benar bahagia, bukan kita yang harus merasa bahagia...Cukup lama mungkin jawabannya. Menurut pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Margaretha Rehulina, kondisi berpura-pura bahagia ini populer dinamakan Duck syndrome . Menampilkan diri seperti bebek (duck),  di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat. Orang yang berpura-pura bahagia berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perju

Coping Stress dengan Menonton Film, Why Not?

                                                                     Ilustrasi menonton film (www.freepik.com) Mungkin terdengar sedikit aneh. Kenapa menonton film dapat menjadi salah satu upaya penanggulangan stres (coping stress). Baiklah, saya coba untuk mengulas sedikit tentang ini. Stres banyak diartikan sebagai suatu kondisi seseorang yang tidak menyenangkan dan menyebabkan terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada orang tersebut. Kondisi yang dirasakan tentu tidak menyenangkan, karena ada perubahan dan tuntutan kehidupan dimana tuntutan tersebut dianggap sebagai beban yang melebihi kemampuan baik secara mental, fisik, emosional maupun spiritual. Sumber stres dapat berasal dari diri sendiri, keluarga maupun komunitas atau lingkungan. Reaksi stres yang dialami oleh seseorang dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti yang ditunjukkan di bawah ini: a. Gejala fisiologis; seperti sakit kepala, sembelit, diare, sakit punggung, leher tegang, tekanan darah tinggi, kelelahan,

ERIL, The Secret Of Goodness

Innaalillaahi wa inna ilaihi rooji’uun....😢😢😢  Tak ada kata lain yang terucap untuk duka kehilangan yang dialami setiap orang tua yang kehilangan anaknya. Ini sungguh ujian berat yang bila tabah dijalani akan mendatangkan pahala besar buat orangtuanya. Kematian itu seperti halnya kehidupan, yaitu di antara takdir Allah yang nyata, yang semua hukumnya hanya Allah yang punya kewenangan baik yang terkait dengan ruang, waktu atau bahkan caranya.  Terkadang kita berharap sesuatu yang ideal menurut kita tapi Allah punya rencana yang lebih matang dan baik tentunya. Perlu digarisbawahi, Eril memang bukan siapa-siapa kita, tapi ketahuilah bahwa kehilangannya menjadi duka bagi setiap orang yang mengikuti beritanya.  Entah apa amalan rahasia Eril, sampai begitu banyak orang yang mendo'akan kepergiannya serta akhir hidup yang husnul khotimah dengan menjadi syahid karena tenggelam.  Allah takdirkan Eril meninggal di sungai yang bersih dan saaangatt indah. Sungai yang airnya sangatlah dingin

Mengubah Musibah Menjadi Anugerah

Dear ayah bunda......💦 Masih sering kami mendengar, orang tua yang menyiksa atau melakukan kekerasan kepada anak-anaknya. Masih ada juga seorang ibu yang membuang anaknya ke tempat sampah atau meninggalkan anaknya di pelataran masjid dan sebagainya. Oh ya masih ada pula, orang tua yang membuang anaknya karena dianggap bakal menyusahkan karena anak tersebut cacat sejak lahir. Pertanyaannya, apakah anak-anak yang di buang atau di siksa orang tua nya ini lantas dianggap sebagai musibah? Apa yang salah? Padahal di luar sana masih banyak pasangan suami istri yang begitu sangat mendambakan kehadiran seorang anak, hingga merelakan kesana kemari menjalani segala macam treatment yang tentu tidak murah dananya. Kami yakin mayoritas orang tua akan menganggap kehadiran anak adalah anugerah terindah dan tak ternilai yang dititipkan Tuhan. Sepakat ya,😊 Mengubah anggapan anak dari pembawa musibah menjadi anugerah tadi memang tidak semudah berkata-kata saja. Perlu pemahaman yang utuh tentang cara m

Membasuh Luka Pengasuhan

Dear teman, 💦 Mungkin kita pernah mendengar atau bahkan sering mendengar tentang kisah anak yang menelantarkan orang tua kandungnya. Kehadiran orang tua yang sudah jompo misalnya, dianggap sungguh merepotkan, menyita banyak waktu dan biaya. Menemani sisa masa hidup orang tua bukanlah menjadi prioritas atau sumber kebahagiaan seorang anak. Na'udzubillahi min dzaalik..... Hal apa biasanya yang membuat seseorang sulit berbahagia?  Jawaban dari pertanyaan ini bisa beragam.  Namun, yang paling sering menjadi penyebabnya adalah adanya perasaan negatif yang ada dalam diri seseorang diakibatkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, baik di masa lalu maupun masa kini. Tak jarang, perasaan negatif yang dibiarkan ini menjadikan seseorang merasakan stres sehingga berdampak buruk pada kehidupannya. Teman-teman yang baik, kita lakukan refleksi sebentar, yuk. 💫Adakah dahulu ketika masa kecil memiliki luka pengasuhan dan sekarang merasa begitu berjarak dengan orang tua yang sebenarnya sangat kita ka

Writing Is Healing

Dear teman💦 Kita sangat sadar bahwa menulis adalah salah satu media untuk mengalirkan perasaan-perasaan yang terpendam yang bisa jadi kita sulit melakukannya dengan metode lain.  Jadi dengan menulis adalah  salah satu cara yang sehat, yang adaptif untuk bisa mengalirkan apapun tema emosi yang kita rasakan. Baik itu yang bertema luka pengasuhan, bertema juga mungkin  anger issue , konflik atau apapun itu. Menulis adalah salah satu media sehat untuk bisa memulihkan dan tentu saja kita akan menghayati bahwa setiap perjalanan orang, sejarah hidup orang itu berbeda-beda, ada beberapa orang dengan menempuh writing is healing, terbantu penyembuhan luka batinnya, namun bagi sebagian orang ternyata nggak cukup dengan menulis. Bila ternyata kita merasa menulis adalah terapi yang "gue banget", ayo lanjutkan! Tapi bila beberapa teman merasa sepertinya sebelum melakukan penulisan ini masih terganjal, masih merasa belum mengalir emosinya maka lakukan teknik yang lain seperti katarsis, tap