Langsung ke konten utama

Berkenalan Dengan Literasi Emosi Yuk!


Dear teman,

Adakah drama emosi di keluarga kita?

Apakah anak sering temper tantrum? Kakak adik yang suka berantem? Mogok makan atau sekolah? Tidak mau dijauhkan dari gadget? Tiba-tiba pulang dari pondok? 

Apakah drama sama itu berulang tiada henti? 

Jika iya jawabannya, maka sudah saatnya kita mencari solusi tepat yaitu belajarlah tentang literasi emosi!

Wah apa itu Literasi Emosi?😏

Jadi begini.....Literasi Emosi adalah ilmu dan seni agar diri mampu bersahabat dengan emosi yang berbasis pada kelembutan hati.


Ada empat dimensi literasi emosi yaitu :

⏩Mengenali ragam rasa dan emosi ; mengenali perbedaan rasa dan emosi, bagaimana tahapan, teknik       serta manfaat bersahabat dengan emosi.

⏩Mengasah hati dengan empati ; mengetahui definisi empati, bagaimana tahapan, teknik dan manfaat       mengasah empati.

⏩Mengelola ekspresi emosi ; mengenali perbedaan emosi dan ekspresi emosi, bagaimana tahapan dan       teknik mengelola emosi.

⏩Memaafkan dan meminta maaf dengan tulus sepenuh hati ; bagaimana pengertian pemaafaan yang          tulus serta apa saja tahapan dan teknik-tekniknya.

Fungsi Emosi sendiri adalah sebagai:

  • Messanger - Jalan untuk menyampaikan pesan dan kebutuhan diri kepada lingkungan sosial.
  • Survival - Fitur unik alami bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya.
  • Energizer - Energi (daya) yang mampu menggerakkan tubuh dan jiwa ke pencapaian sebuah tujuan.
  • Spiritualizer - Fitur unik bagi manusia agar senantiasa terhubung dan mengingat Allah SWT.
Peran orangtua dalam kehidupan emosi anak adalah dengan modal BE A MOM yaitu 

❤Body Language atau bahasa tubuh anak, 

❤Emphaty yaitu dari hati ke hati, 

❤Active Listening yaitu mendengar dunia anak dengan penuh atensi, 

❤Mindfulness yaitu hadir tanpa menghakimi, 

❤Optimist yaitu memberikan energi positif pada anak serta terakhir adalah,

❤Micro counselling yaitu menguasai teknik konseling.

Dengan konsep BE A MOM tadi, maka sebagai orang tua perlu mengasah hati dengan empati. 

Kata empati pertama kali dikenalkan tahun 1909 oleh E.B. Titchener dan arti Empati menurut Turnet et al adalah kemampuan untuk mengenali, menghargai dan memahami keadaan pikiran atau emosi orang lain untuk menerima ide dan perspektif baru dan untuk menghargai perbedaan juga keragaman pada orang lain.

Selain itu ada juga pemahaman mengenai Asah Hati Dengan Empati, dimana ada tiga jenis Empati yaitu:

  • Empati Afektif  (Affective Emphaty) yaitu anak sensitif dalam membaca dunia rasa dan emosi orang lain, baik bahasa lisan, bahasa tubuh dan bahasa rasanya.
  • Empati Kognitif (Cognitive Emphaty), yaitu anak dapat memahami perbedaan atau keunikan setiap manusia tanpa menghakimi.
  • Empati Welas Asih (Comppasionate Emphaty), yaitu anak dapat mengidentifikasi kebutuhan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan tanpa diminta.                              
Ada istilah 6M, manfaat dari mengasah Empati pada anak yaitu:                         
Bagaimana caranya? Pertama, Memudahkan anak menjalin pertemanan dengan berbagai kalangan Anak. Dengan ini maka anak-anak akan lebih menghargai perbedaan dan nyaman terhubung secara emosional dengan teman yang homogen juga heterogen. Kedua, Merekatkan hubungan sosial yang harmonis atas dasar kasih sayang. Anak akan belajar menjadi anak yang ringan tangan, pengasih dan penyayang. Dengan begini, anak-anak kita akan dapat menciptakan keharmonisan hubungan pertemanan secara jangka panjang. Ketiga, Memudahkan bernegosiasi. Anak-anak akan dapat belajar bagaimana bernegosiasi tanpa menyakiti satu sama lain, sehingga tercipta solusi yang bersifat win-win solution. Keempat, Memudahkan berkolaborasi. Anak-anak akan belajar untuk melakukan kerjasama dengan teman-temannya. Kelima, Memperkuat kreativitas. Kreativitas anak akan menjadi terasah, sebab anak-anak mau membuka dirinya untuk menerima perbedaan wawasan dan gagasan dari teman-teman dan lingkungan sekitarnya. Keenam, Memperkuat konsep diri yang positif (Sosok Abudance Mentality). Seiring dengan mendapatkan sejumlah manfaat di atas anak merasa nyaman menjadi dirinya sehingga terbangunlah konsep diri yang positif pada anak.
Tahap Mengelola Emosi

Ada tiga tahap mengelola emosi yaitu :

  • Kanalisasi yaitu dengan mengalirkannya dalam media yang sesuai dengan momen yang dialami anak.
  • Stabilisasi yaitu dengan melakukan emotional focused coping dengan teknik kanalisasi juga relaksasi. Lakukan juga dengan mencari solusi untuk dapat menuntaskan masalah. Terakhir lakukan spiritual focused coping.
  • Spiritualisasi, yaitu adanya penerimaan, kelapangan hati yang disertai dengan sikap pasrah (tawakal) kepada Allah.                                                                                                 Berikut ini manfaat cerdas mengelola emosi yaitu dengan metode 6M. Apa saja itu?            Pertama, Memiliki kehidupan pikiran yang sehat. Anak memiliki pikiran rasional yang mampu menalar segala hal dengan akal terbaiknya dan mampu mendorong lahirnya aksi solutif. Kedua, Memiliki kebugaran fisik yang sehat. Anak memiliki kesehatan fisik yang baik, vitalitas kuat (bugar), yaitu kualitas tidur yang baik. Ketiga, Memiliki kehidupan sisal yang sehat. Anak memiliki keterampilan sosial aserttif, memiliki peluang besar untuk meraih hidup produktif dan harmonis dengan lingkungan sosial. Anak memiliki mental bonding yang kuat dengan orangtua juga orang terdekat. Keempat, Memiliki kehidupan Spiritual uang sehat. Anak memiliki koneksi yang baik dengan Maha Pencipta. Kelima, Memiliki konsep diri yang baik dengan semua manfaat di atas, kesejahteraan mental anak makin optimal dan konsep diri anak pun menguat. Keenam, Memiliki kualitas resiliensi yang kuat pada anak. Ketika mengalami benturan kehidupan anak memiliki cara sehat untuk menangani dan mamou bangkit kembali dengan kesehatan mental yang lebih baik dari sebelumnya. 

Pengelolaan emosi alangkah baiknya mulai dikenalkan kepada anak ketika anak sudah menginjak usia 7 tahun ke atas. Sebab di usia itu anak-anak sudah mulai mengenal apa itu dunia rasa dan emosi. 

Apa sih manfaat utama yang dirasakan oleh orang tua yang mendidik Literasi Emosi pada buah hati?

Tentulah, Orang tua akan memiliki bonding dengan anak, sebuah investasi berharga di masa kini juga masa depan.

Anak yang cakap emosi terbukti memiliki :

💖Konsep diri yang baik

💖Kemampuan sosial yang hangat

💖Resiliensi yang kuat

Literasi Emosi adalah ilmu kehidupan. Kecakapan pada ilmu ini akan membuat jiwa sejahtera. Sebaliknya, kekurangtahuan pada ilmu ini akan membuat jiwa rentan merana dan penuh "drama", baik di masa kini juga masa depan. Selamat belajar!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Harus Pura-Pura Bahagia

Berpura-pura kerap kali dimaknai dengan sesuatu yang tidak baik. Tapi terkadang dari persepsi yang lain, berpura-pura dianggap menimbulkan tindakan yang positif, seakan memang sangat diperlukan. Betulkah demikian? Yuk kita bahas. "Am I okay?" Hehehe. Belum tentu yang kita lihat di luar adalah benar-benar cerminan apa yang di dalam. Terkadang manusia pura-pura merasa bahagia karna tidak ingin terlihat lemah karna yang orang lain tahu bahwa kita ini kuat. Kapan terakhir kali kita merasa bahagia? Yaa benar-benar bahagia, bukan kita yang harus merasa bahagia...Cukup lama mungkin jawabannya. Menurut pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Margaretha Rehulina, kondisi berpura-pura bahagia ini populer dinamakan Duck syndrome . Menampilkan diri seperti bebek (duck),  di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat. Orang yang berpura-pura bahagia berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perju

Sekolah Kehidupan

  Logo SKH "Ah, apa iya kehidupan itu ada sekolahnya?" Sebuah pertanyaan yang sempat terlintas dalam benakku... Kalau browsing internet tentang sekolah kehidupan pasti yang akan muncul adalah platform pembelajaran soft skill secara online berbasis aplikasi audio-based learning yang dapat diunduh secara gratis atau berbayar. Namun bukan itu yang akan ku ceritakan disini... Sekolah kehidupan yang ku maksud adalah sebuah komunitas pembelajar yang concern menerapkan tujuh ilmu penjernih hati dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja ilmu penjernih hati atau disingkat 7IPH tersebut? Yaitu ikhlas, sabar, shalat yang khusyu', dzikir, syukur, tawakal dan berprasangka baik (waspada).  Tujuh Ilmu Penjernih Hati merupakan sarana mendekat kepada Allah SWT sekaligus membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati yang sering kita alami. Materi-materi yang terkandung didalamnya berkaitan sangat erat dengan hubungan antar sesama manusia ( hablum minannaas)  dan hubungan manusia dengan Sa

Negeri Ini Hampir Kehilangan Ayah

"Dunia AYAH saat ini tidak lebih dari sebuah kotak. Yaaa, kotak handphone, televisi dan laptop atau komputer. Miris!" Semua pengajar anak di usia dini mayoritas diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap  fatherless country . Banyak ayahdi luar sana yang malu mengasuh anak apalagi jika masih bayi. Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini.  Dimana AYAH sang pengajar utama? Dear para ayah, Anak laki-lakimu belajar bagaimana menjadi laki-laki dewasa dari sikapmu dalam keseharian. Anak perempuanmu belajar membangun pemaknaan tentang definisi laki-laki dewasa itu seperti apa dari hasil pengamatannya pada dirimu. Seorang ayah boleh dan harus bersikap tegas namun bukan kasar. Terkadang sikap lembutmu juga sangat dibutuhkan namun bukan menandakan kalau dirimu lemah. Kalau anak laki-laki tidak dekat dengan ibunya, kelak dia dewasa mungkin susah memahami perempuan. Sedangkan anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya, kelak dewasa dia akan me