Langsung ke konten utama

#SuamiIstriMasak? Positive Vibes Banget Nih!

(Dok. pribadi)

Masih menjadi stigma umum di kalangan masyarakat kita, bahwa pasangan suami dan istri memiliki "zona kelumrahan" masing-masing. Sang suami punya hak dan tanggung jawabnya  dalam rumah tangga, begitu pun dengan sang istri. Lumrahnya seorang suami itu yaa bekerja dan mencari nafkah, sedangkan seorang istri itu lebih identik dengan mengurusi rumah dan anak. Dengan kata lain, memasak adalah main job seorang istri.

Tak terkecuali dengan anggapan keluarga besar saya soal "zona kelumrahan" tersebut. Mau setinggi apapun karir dan pendidikan sang istri yaa ujung-ujungnya tetap harus masuk di dapur dan memasak buat suami/anak. Melelahkan mungkin iya bagi sebagian istri yang punya karir atau kesibukan di luar rumah, tapi tidak bagi sebagian istri lainnya yang sudah berkomitmen menyelaraskan peran dobel tersebut.

Jangan menganggap bahwa seorang suami yang ikut memasak bersama istri adalah sesuatu yang aneh dan tak lazim. Seandainya semua suami di muka bumi mengerti bahwa aktivitas memasak bukan semata-mata  tugas seorang istri, ah alangkah indahnya hidup ini...😍

Banyak cara yang bisa dilakukan suami istri untuk menjaga keharmonisan hubungan rumah tangga, termasuk yang dianggap sepele adalah masak bersama di dapur. Ada bentuk apresiasi yang sangat luar biasa kala suami mau diajak kolaborasi masak bersama istri. Bahkan ini bisa menjadi momen bonding yang sangat tepat antar keduanya.

Mengutip pendapat Psikolog Irma Gustiana A, bahwa bukan hanya kedekatan dan keintiman secara fisik, namun kedekatan secara emosional antara suami dan istri juga harus dijaga, dirawat dan dipelihara. Momen berkualitas bersama pasangan juga perlu dilakukan, misalnya memasak bersama di dapur.

Once more, aktivitas memasak bersama antara suami istri adalah momen yang sangat berkualitas. Dimana momen inilah adalah saat yang tepat untuk suami dan istri membangun kembali kedekatan dan rasa hangat setelah berjibaku dengan kepenatan urusan dunia masing-masing. Di samping juga menciptakan positive vibes bagi pengembangan karakter anak-anak yang ikut merasakan kehangatan orang tuanya.

Selain itu, aktivitas memasak juga memiliki manfaat bagi kesehatan mental kita, lho! Kok bisa? 

Exactly, fenomena pasangan suami istri yang masak bersama otomatis memiliki kedekatan emosional yang lebih dari biasanya dan berimbas pada rasa senang, nyaman, bahagia serta rasa cinta yang makin besar di hati kedua pasangan. 

Memasak bersama juga membuat komunikasi antara suami istri menjadi semakin baik. Keduanya bisa saling mengerti dan memahami kemampuan masing-masing, melakukan kerjasama yang baik serta memberikan bantuan secara ikhlas antara satu dengan lainnya.

Wahhh keren ya manfaat masak bareng suami, ternyata banyak banget.😘

Sedikit flashback, percaya tak percaya, saya dan suami menjadi makin intens masak bersama sejak pandemi covid-19. Padahal, sebelumnya kami jarang bertemu karna suami lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja di luar kota.  Isolasi dan berdiam diri di rumah terus menerus membuat kami sangat jenuh. 

Sampai pada akhirnya, kami sama-sama penasaran untuk bereksperimen atau mencoba berbagai resep masakan yang sedang viral dan kami dapatkan dari media sosial. Mulai dari memasak makanan yang sederhana hingga yang rumit untuk diaplikasikan, hanya sekedar untuk mengisi perut atau menghabiskan waktu di rumah.😂

Kalau gak salah waktu itu saya bareng suami berhasil mengeksekusi tiga resep yang sedang kekinian. Ada Korean Garlic Bread, Dalgona Coffee dan Sei Sapi NTT. Nah khusus yang terakhir itu ada kisah unik nich, karna saya kelahiran dan dibesarkan di daerah NTT (Nusa Tenggara Timur), jadilah saya seperti bernostalgia bisa merasakan kembali kelezatan Sei Sapi. Bahan juga tak bisa sembarangan saya peroleh di pulau Jawa karna akan lebih nikmat kalau didatangkan dari asalnya. Alias menunggu kerabat di sana yang entah kapan berkunjung datang membawakannya.😄

Ups! yang paling penting adalah kecapnya harus ABC dong ya, bahan berkualitas dan jelas enaknya. Pilihan saya sejak lama tetaplah kecap ABC.

Kembali ke dapur kami, waktu itu Paksu (pak suami) tentu tidak familiar dengan hidangan daerah timur ini, tapi saya gak kalah akal, asalkan masaknya benar, pasti enaklah dan yang jelas harus pedas! Kami banyak tertawa saat memasak Sei Sapi, tak jarang Paksu berkomentar lucu ini dan itu, membuat saya tak bisa menahan tawa. Rasanya seneng banget bisa masak bareng suami, pas juga dengan selera kami masing-masing, stres kerjaan tiba-tiba hilang sekejap, tertutup tawa kami bersama di dapur. 

Wah auto meningkat rasanya hormon bahagia kami saat itu.😀😍

Oh ya, ternyata eh ternyata, rangkaian kegiatan #SuamiIstriMasak juga banyak disuarakan ke seluruh nusantara. Kampanye ini sudah berlangsung sejak tahun 2018, lho! Saat itu awal mula kampanye diinisiasi atau diprakarsai. Kemudian pada tahun 2019 ada juga Inisiasi kampanye selama Hari Kesetaraan Perempuan. Lanjut di tahun 2020 terbentuklah kolaborasi dengan platform edukasi untuk melibatkan anak-anak dalam kampanye Hari Kesetaraan Perempuan. Yang masih fresh dalam ingatan pada tahun kemarin 2021, ada Kolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami dan istri di dapur.

Jujur, kisah saya ini sedikit banyak terinspirasi dari sebuah tayangan #SuamiIstriMasak Kecap ABC yang kerap lalu lalang di medsos. Nih saya bocorin videonya deh 😅👉 https://www.youtube.com/watch?v=NWaFeHSab0o 

Gimana? Oke banget ya manfaat suami istri kalau udah masak bareng.Yuk istri-istri dimanapun berada, mulai sekarang coba deh sering-sering mengajak suami buat masak bareng. Apalagi pakai kecap ABC yang sudah terkenal kelezatannya. Hmm... gak khawatir deh rasa masakan gak bakal lezat. Kecap legendaris yang mampu membuat masakan kita semua menjadi lebih kaya rasa sehingga disukai keluarga tercinta. Dijamin deh!😍

(Dok. pribadi)





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Harus Pura-Pura Bahagia

Berpura-pura kerap kali dimaknai dengan sesuatu yang tidak baik. Tapi terkadang dari persepsi yang lain, berpura-pura dianggap menimbulkan tindakan yang positif, seakan memang sangat diperlukan. Betulkah demikian? Yuk kita bahas. "Am I okay?" Hehehe. Belum tentu yang kita lihat di luar adalah benar-benar cerminan apa yang di dalam. Terkadang manusia pura-pura merasa bahagia karna tidak ingin terlihat lemah karna yang orang lain tahu bahwa kita ini kuat. Kapan terakhir kali kita merasa bahagia? Yaa benar-benar bahagia, bukan kita yang harus merasa bahagia...Cukup lama mungkin jawabannya. Menurut pakar Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR), Margaretha Rehulina, kondisi berpura-pura bahagia ini populer dinamakan Duck syndrome . Menampilkan diri seperti bebek (duck),  di atas permukaan air terlihat tenang, padahal di bawah air kakinya sedang berenang dengan sangat cepat. Orang yang berpura-pura bahagia berusaha terlihat sangat tenang padahal di balik itu sedang melakukan perju

Sekolah Kehidupan

  Logo SKH "Ah, apa iya kehidupan itu ada sekolahnya?" Sebuah pertanyaan yang sempat terlintas dalam benakku... Kalau browsing internet tentang sekolah kehidupan pasti yang akan muncul adalah platform pembelajaran soft skill secara online berbasis aplikasi audio-based learning yang dapat diunduh secara gratis atau berbayar. Namun bukan itu yang akan ku ceritakan disini... Sekolah kehidupan yang ku maksud adalah sebuah komunitas pembelajar yang concern menerapkan tujuh ilmu penjernih hati dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja ilmu penjernih hati atau disingkat 7IPH tersebut? Yaitu ikhlas, sabar, shalat yang khusyu', dzikir, syukur, tawakal dan berprasangka baik (waspada).  Tujuh Ilmu Penjernih Hati merupakan sarana mendekat kepada Allah SWT sekaligus membersihkan hati dari penyakit-penyakit hati yang sering kita alami. Materi-materi yang terkandung didalamnya berkaitan sangat erat dengan hubungan antar sesama manusia ( hablum minannaas)  dan hubungan manusia dengan Sa

Negeri Ini Hampir Kehilangan Ayah

"Dunia AYAH saat ini tidak lebih dari sebuah kotak. Yaaa, kotak handphone, televisi dan laptop atau komputer. Miris!" Semua pengajar anak di usia dini mayoritas diisi oleh kaum ibu. Pantaslah negeri kita dicap  fatherless country . Banyak ayahdi luar sana yang malu mengasuh anak apalagi jika masih bayi. Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan di usia dini.  Dimana AYAH sang pengajar utama? Dear para ayah, Anak laki-lakimu belajar bagaimana menjadi laki-laki dewasa dari sikapmu dalam keseharian. Anak perempuanmu belajar membangun pemaknaan tentang definisi laki-laki dewasa itu seperti apa dari hasil pengamatannya pada dirimu. Seorang ayah boleh dan harus bersikap tegas namun bukan kasar. Terkadang sikap lembutmu juga sangat dibutuhkan namun bukan menandakan kalau dirimu lemah. Kalau anak laki-laki tidak dekat dengan ibunya, kelak dia dewasa mungkin susah memahami perempuan. Sedangkan anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya, kelak dewasa dia akan me