Dhul, tradisi ramadan yang telah hilang (surakarta.go.id) |
Untuk menghidupkan petasan dhul dibutuhkan bumbung atau semacam meriam kecil sebagai landasan lontar ke udara. Kemudian sumbu dhul tersebut disulut dengan api. Dalam sekejap, petasan tersebut pun melesat ke udara dan menghasilkan suara ledakan yang sangat keras. Suara ledakan inilah yang digunakan untuk menyeragamkan waktu berbuka di Kota Solo.
Dulu, tradisi ini dapat kita jumpai di Masjid Agung Keraton Solo dan Masjid Tegalsari yang berada di pusat kota Solo. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini dihentikan karena dianggap berbahaya. Kini tradisi dhul telah digantikan oleh bunyi sirene yang dikeraskan melalui mikrofon masjid. Meski tradisi ini telah hilang namun istilah dhul tetap digunakan dan dilestarikan.
Inilah penampakan pengganti Dhul, penanda waktu berbuka puasa Ramadan. Yaitu dengan membunyikan sirine yang terletak di Kompleks Sriwedari, tepatnya di belakang Gedung Wayang Orang. Sirine yang sudah ada sejak zaman Belanda tersebut pasalnya sudah tidak dioperasikan kembali sejak dua tahun lalu. Berada di kawasan yang sama, sirine ini berdiri didekat Masjid Al Hidayah. Namun sayang, sirine Sriwedari ini terakhir dioperasikan pada tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19.
Masjid Al Hidayah yang merupakan masjid umum dan jamaahnya berasal dari masyarakat luas tidak hanya Solo. Sehingga keberadaan sirine Sriwedari sangat membantu pendatang untuk mengetahui waktu berbuka puasa di Solo. Tentu dengan diaktifkannya sirine ini kembali akan lebih bermanfaat.
Sirine Sriwedari sangatlah keras hingga dapat didengar sampai jarak 3 hingga 5 kilometer. Dengan bunyi yang melengking tinggi diawal dalam beberapa menit lalu suaranya akan menurun secara berkala. Hanya dibunyikan satu kali jelang berbuka puasa, kalau dahulu sirine Sriwedari ini juga menjadi kenangan masa kecil yang membuat orang-orang pada masa itu teringat dengan ciri khas lampu sorot (bahasa setempat :sokle) yang ada pada sirine. MasyaAllah💥
Selain itu ada juga pasar malam sebulan penuh, yang sangat meriah. Semua pertunjukan seni, hiburan, aneka kuliner makanan serta mainan semuanya ada di Sriwedari. Bagi wong Solo dan sekitarnya, tak lengkap menyambut Lebaran tanpa ke Maleman Sriwedari. Lampu sorot itulah yang dahulu menjadi tanda kalau di ada Maleman dan dapat dinikmati dari semua penjuru kota.
Sementara itu, ditempat yang lain yakni di Masjid Agung Surakarta juga terdapat sirine yang dibunyikan sebagai pertanda berbuka puasa. Suara sirine tersebut dinyalakan melalui menara yang ada di Masjid Agung Keraton Surakarta. Menggunakan 8 pengeras suara yang terpasang di menara tersebut, Alif menuturkan awal pengoperasian sirine sekitar 10 tahun lebih. Dibunyikan secara berasamaan dengan bedug, suara nyaring sirine dapat terdengar sampai ke wilayah yang lumayan jauh.
Komentar
Posting Komentar